Sampai saat ini, sektor UKM masih terdampak pandemi COVID-19. Pengetatan aktivitas masyarakat di banyak sektor, terutama sektor pariwisata, perdagangan, dan kuliner, sangat berdampak menurunnya omzet para UKM. Ditengah keterbatasan gerak tersebut, para pelaku UKM masih harus menghadapi penurunan daya beli masyarakat akibat tersendatnya laju ekonomi secara nasional. Agenda event MICE (meeting incentive convention exhibition) belum diijinkan secara leluasa sehingga para pelaku UKM mengalami hambatan dalam mempromosikan produknya. Saat ini mereka banyak yang migrasi ke penjualan secara online, selain juga secara offline dengan omzet yang cukup terbatas.
Melihat kondisi tersebut, DISDAGNAKERKOPUKM Karanganyar membuat gagasan untuk mendesain etalase dagang dengan branding Desktop Expo. Desktop expo berbentuk etalase berukuran panjang 2 meter dilengkapi rak dan loker tempat penyimpanan produk, pada bagian atas etalase bertulisakan “Produk Binaan DISDAGNAKERKOPUKM”. Pada awalnya, dinas membuat satu unit Etalase sebagai prototype untuk ditempatkan di lobby kantor. Beragam produk UKM baik berupa kuliner maupun craft dipajang disana. Pemberian nama Desktop expo dimaksudkan agar etalase tersebut menjadi tempat expo (pameran) produk secara praktis sekaligus dapat dipasarkan langsung, mengingat pada saat ini kegiatan pameran yang mendatangkan kerumunan pengunjung belum bisa digelar.
Pada project pertama, dinas mentargetkan 10 (sepuluh) unit etalase dagang dapat tersebar di berbagai pusat oleh-oleh, pusat kuliner dan tempat-tempat strategis lainnya. Penyebaran etalase dagang ini merupakan strategi jemput bola (pick-up the ball) agar produk-produk UKM lebih mudah diakses oleh pasar sehingga mampu bertahan di tengah krisis. Gayung bersambut, program penyediaan etalase dagang direspon baik oleh para stakeholders. Sejumlah perbankan dan perusahaan swasta berkomitmen menyalurkan CSR maupun bantuannya untuk pengadaan etalase dagang.
Hingga saat ini etalase dagang telah tersebar di sejumlah titik, seperti pusat oleh-oleh Ubigo, Bale Branti, Getuk Semar, RM Mbak Ning, RM mbak Dwi. Beberapa stakeholder yang telah berpartisipasi dalam pengadaan etalase diantaranya adalah Bank Daerah, BNI, Bank Jateng, BKK Jateng, CV. Wahana Karya, Bank Karanganyar. Sementara itu beberapa stakeholder berikutnya telah berkomitmen menyusul pengadaan etalase yaitu Bank BRI, Baznas Karanganyar, BI, BKK Tasikmadu, Solopos, dan Telkom.
Kepala DISDAGNAKERKOPUKM, Martadi, S.Sos, MM, menyatakan bahwa program pengadaan etalase dagang ini diharapkan menjadi inisiatif baru (pilot) dari Pemkab Karanganyar sebagai bentuk praktik baik (good practice) dalam upaya mengangkat perekonomian masyarakat di tengah lesunya pemasaran akibat pandemi Covid-19. Diharapkan program ini dapat diadopsi oleh pemerintah daerah lain di sekitarnya beserta seluruh pihak yang berkepentingan terhadap upaya mendukung peningkatan akses pemasaran produk UKM. Program ini selaras dengan upaya pemerintah pusat untuk mengedepankan sektor UKM sebagai penopang perekonomian nasional, seiring dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan Perlindungan dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Selain melalui akses penjualan offline, para UKM juga didorong meningkatkan omzetnya melalui jalur online. Salah satunya dengan memanfaatkan media sosial dan marketplace. Sebagai wujudnya, mereka bekerjasama dengan Shopee untuk membuat akun penjualan bersama dengan nama toko Witpari (wirausaha tangguh bumi intanpari). Melalui pola kerjasama langsung dengan pihak marketplace, para UKM mendapatkan nilai tambah berupa pendampingan, fasilitasi, dan mentoring dalam mengelola akunnya di marketplace tersebut. Satu akun digunakan untuk mempromosikan semua produk dari UKM yang tergabung dalam paguyuban, sehingga semakin mudah untuk melakukan promosi bersama dan kolaborasi.(sie_uppk)